Selasa, 13 Maret 2012

Alat Tangkap Trawl

BAB I
PENDAHULUAN

Kata “trawl“ berasal dari bahasa prancis “troler“ dari kata “trailing“ adalah dalam bahasa inggris, mempunyai arti yang bersamaan, dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata “tarik“ atau pun “mengelilingi seraya menarik“. Ada yang menterjemahkan “trawl” dengan “jaring tarik”, tapi karena hampir semua jaring dalam operasinya mengalami perlakuan tarik ataupun ditarik, maka selama belum ada ketentuan resmi mengenai peristilahan dari yang berwenang maka digunakan kata ”trawl” saja (Fiqrin, 2012).
Dari kata “trawl” lahir kata “trawling” yang berarti kerja melakukan operasi penangkapan ikan dengan trawl, dan kata “trawler” yang berarti kapal yang melakukan trawling. Jadi yang dimaksud dengan jaring trawl (trawl net) disini adalah suatu jaring kantong yang ditarik di belakang kapal (baca :kapal dalam keadaan berjalan) menelusuri permukaan dasar perairan untuk menangkap ikan, udang dan jenis demersal lainnya. Jaring ini juga ada yang menyangkut sebagai “jaring tarik dasar” (Fiqrin, 2012).
Pukat udang merupakan hasil modifikasi dari pukat harimau, sebagaimana telah diketahui bahwa pengoperasian pukat harimau dibeberapa daerah telah dilarang antara lain laut Jawa, Sumatera dan Bali sedangkan dibeberapa daerah lainnya jumlahnya dikurangi atau dibatasi (Chandra Nainggolan, 2007)
Berdasarkan Keputusan Presiden (KEPPRES) No. 85 tahun 1982 tentang penggunaan pukat udang yang dimana dioperasikan di lautAru, Key, Irian Jaya, Tanimbar danlaut Arafura dengan batas koordinat 130000’00” keTimur, karena di tempat tersebut merupakan tempat yang cocok untuk pukat udang dioperasikan (Chandra Nainggolan, 2007).






BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kapal Pukat Udang
Berdasarkan segi operasinya dikenal ada tiga jenis trawl, yaitu sebagai berikut:
1. Stern trawl, yaitu trawl yang pada waktu operasinya ditarik pada sisi kapal.
2. Side trawl, yaitu trawl yang ditarik pada bagian belakang kapal.
3. Double rig trawl, yaitu trawl yang ditarik melalui dua rigger yang dipasang pada kedua lambung kapal.
Kapal-kapal trawl cenderung lebih banyak memakai cara Sterntrawl sungguhpun kapal-kapal Sidetrawl masih ada juga yang beroperasi. (Mallawa, et. al., 2004).
Kapal yang juga digunakan untuk mengoperasikan alat tangkap trawl cukup bervariasi baik ukuran, bentuk serta bahan yang digunakan. Ukuran kapal cukup beragam mulai dari 15 GT sampai yang mencapai lebih dari 1000 GT. Kapal trawl ada juga yang terbuat dari kayu, (umumnya kapal kecil) dan dari baja (umumnya kapal yang berukuran besar). Konstruksi kapal trawl bervariasi dengan jenis dan pengoperasian alat tangkap, yaitu Sterntrawl dan Double rig trawl (Nainggolan Chandra, 2007).
Kapal trawl pada umumnya memiliki persyaratan khusus, sehingga dapat mengoperasikan alat tangkap dengan baik sebagai berikut:
 Memilikigeladakburitan yang luas
 Memiliki tenaga mesin utama yang besar
 Mampu mengolah gerak dengan baik dan lincah.














Gambar 1.Kapal Trawl

2.2 Alat Tangkap Trawl
Alattangkaptrawl dianggap sebagai pengembangan lanjutan dari jaring kantong (Bagnet) ditarik, dredge dan Beamtrawl. Ketiga alat tangkap ini dioperasikan khusus untuk menangkap biota dasar laut atau sekurang-kurangnya didekat dasar perairan. Pentingnya metode penangkapan ini dapat terlihat dari kenyataan bahwa trawl telah dikembangkan dalam berbagai variasi dan yang berukuran kecil, “Baby trawl” hingga yang terbesar yang memiliki bukaan mulut yang lebih tinggi dari rumah yang harus ditarik oleh kapal yang bertenaga tinggi. Akhir abad 19 yang lalu, trawl dalam berbagai khusus merupakan suatu metode penangkapan ikan yang membutuhkan energi tinggi untuk menariknya pada kecepatan kapal yang cukup (Ardidja Supardi, 2000).
Efisiensi trawl akan ditingkatkan sebanding dengan ukuran alat, semakin besar alat juga mengandung arti memerlukan energi yang lebih besar, sebaliknya semakin besar trawl akan memerlukan kapal yang bertenaga besar agar ekonomis, hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam pengembangan lanjutan yang diiringi dengan semakin meningkatnya bahan-bahan bakar. (Ardidja Supardi, 2000).

Gambar 2. Konstruksi Alat Tangkap Trawl
2.3 Sejarah Alat Tangkap Trawl
Jaring trawl yang selanjutnya disingkat dengan “trawl” telah mengalami perkembangan pesat di Indonesia sejak awal pelita I. Trawl sebenarnya sudah lama dikenal di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia II walaupun masih dalam bentuk (tingkat) percobaan. Percobaan-percobaan tersebut sempat terhenti akibat pecah Perang Dunia II dan baru dilanjutkan sesudah tahun 50-an (periode setelah proklamasi kemerdekaan). Penggunaan jaring trawl dalam tingkat percobaan ini semula dipelopori oleh Yayasan Perikanan Laut, suatu unit pelaksana kerja dibawah naungan Jawatan Perikanan Pusat waktu itu. Percobaan ini semula dilakukan oleh YPL Makassar (1952), kemudian dilanjutkan oleh YPL Surabaya.
Menurut sejarahnya asalmula trawl adalah dari laut tengah dan pada abad ke 16 dimasukkan ke Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, dan negara Eropa lainnya. Bentuk trawl waktu itu bukanlah seperti bentuk trawl yang dipakai sekarang yang mana sesuai dengan perkembangannya telah banyak mengalami perubahan-perubahan, tapi semacam trawl yang dalam bahasa Belanda disebut schrol net.

2.4 Bagian-bagian Alat Tangkap Trawl

2.4.1 Tali Ris Atas
Tali ris atas biasa disebut juga dengan Head rope. Tali ris atas trawl umumnya terbuat dari baja yang dibalut dengan benang (Compaud tape) pada tali ris atas dipasang pelampung yang berbentuk bola. Jumlah dan ukurannya tergantung dari besarnya alat tangkap. Jumlah pelampung serta cara penyusunannya pada tali ris atas akan sangat berpengaruh pada bentuk pembukaan mulut jaring ketika dioperasikan di laut. Ukuran alat tangkap sering digunakan dengan panjang atau pendeknya tali ris atas maupun tali ris bawah dari trawl. (Nainggolan Chandra, 2007).

2.4.2 Tali Ris Bawah
Tali ris bawah ini disebut dengan Ground rope atau Foot rope. Tali ris bawah trawl biasanya terbuat dari kawat baja yang dibalut benang. Umumnya bahan tali ris bawah sama dengan tali ris atas, dimana pada tali ris bawah dipasang pemberat yang berfungsi memberi gaya vertikal ke bawah untuk membuka mulut jaring.
Pemberat yang digunakan pada pukat udang adalah rantai atau logam. Fungsi rantai sebagai pemberat juga merupakan alat pengejut dan pengaduk lumpur di dasar perairan sehingga udang-udang yang bersembunyi di lumpur keluar dan dapat ditangkap oleh pukat udang. Bahan yang digunakan sebagai pemberat adalah campuran logam dan karet, bahan-bahan campuiran ini juga disebut sebagai gelondongan karet yang berbentuk seperti bola atau silinder (bobbin).
Perbedaan yang sangat mencolok antara pukat ikan dan pukat udang adalah penggunaan pemberat atau tali ris bawah di mata pukat udang menggunakan rantai atau logam lain sedangkan pada pukat ikan menggunakan bobbin (Nainggolan Chandra, 2007).

2.4.3 Sayap (Wing)
Sayap biasanya juga disebut sebagai wing. Sayap adalah bagian dari jaring (lembaran jaring) yang ada di sisi kiri dan kanan badan jaring, sayap trawl pada umumnya lebih menjorok kedepan jika dibandingkan dengan posisi mulut jaring. Fungsi sayap adalah untuk menggiring ikan atau udang yang akan ditangkap agar dapat masuk kedalam mulut jaring. Sayap juga berfungsi untuk menghubungkan jaring dengan papan pembuka mulut jaring (Otter board), ukuran mata jaring (Mesh size) yang digunakan pada sayap biasanya lebih besar dari ukuran mata jaring yang digunakan pada badan jaring (Nainggolan Chandra, 2007).

2.4.4 Badan Jaring
Badan jaring adalah bagian alat tangkap yang terdapat antara sayap dengan kantong atau mulai dari mulut jaring sampai dengan kantong. Badan jaring terdiri dari dua bagian utama yaitu punggung dan perut jaring. Pukat udang biasanya pada badan jaring dibagian belakang dipasang Alat Pemisah Ikan (API) atau sering disebut sebagai By Catch Excluder Device (BED). Ukuran mata jaring pada bagian badan jaring lebih besar dari ukuran mata jaring pada bagian kantong (Nainggolan Chandra, 2007).

2.4.5 Kantong (Cod end)
Kantong adalah bagian jaring yang paling belakang (ujung), kantong disebut juga sebagai kantong (Cod end). Kantong berfungsi sebagai tempat hasil tangkapan yang masuk ke dalam jaring. Ukuran mata jaring pada bagian kantong pada umumnya adalah yang paling kecil dibandingkan ukuran mata jaring bagian lain, namun ukuran benang yang digunakan untuk membuat kantong pada umumnya lebih besar dibandingkan ukuran benang pada bagian jaring lainnya. (Nainggolan Chandra, 2007).

2.4.6 Papan Pembuka Mulut Jaring (Otterboard)
Papan pembuka mulut jaring (Otter board) adalah peralatan yang membantu untuk membuka mulut trawl terbuka pada saat alat dioperasikan (ditarik oleh kapal), karena memberikan gaya horizontal ke sisi luar mulut jaring. Satu unit alat tangkap trawl menggunakan sepasang papan pembuka mulut jaring (Otter board) di sayap kiri dan sayap kanan trawl.
Prinsip kerja papan pembuka mulut jaring(Otter board) pada dasarnya sama dengan layangan di udara, layangan naik ke udara karena adanya gaya yang dibebankan oleh angin, sedangkan pada papan pembuka mulut jaring(Otter board) karena adanya tekanan gaya akibat “gerakan air laut” yang disebabkan oleh bergeraknya papan pembuka mulut jaring (Otter board) di dalam air yang ditarik kapal yang mengoperasikan alat tangkap trawl.
Papan pembuka mulut jaring (Otter board) terbuat dari papan atau baja. Alat tangkap yang berukuran relatif besar (Head rope lebih besar dari 20 m), pada umumnya menggunakan papan pembuka mulut jaring (Otter board) yang terbuat dari baja dan ukuran papan pembuka mulut jaring (Otter board) yang digunakan relatif besar. Alat tangkap trawl yang berukuran relatif kecil masih banyak yang menggunakan papan pembuka mulut jaring (Otter board) yang terbuat dari kayu (Nainggolan Chandra, 2007).

2.4.7 TaliPenarik (Warp)
Tali penarik (warp) adalah tali yang menghubungkan antara alat tangkap dan kapal pada saat alat tangkap trawl dioperasikan. Tali yang digunakan biasa terbuat dari serat alami, bahan sintetis atau dari baja talipenarik (warp). Dewasa ini, pada kapal trawl yang terbuat dari baja pada umumnya menggunakan tali penarik (warp) yang terbuat dari baja untuk menarik alat tangkap, karena memiliki kekuatan putus (Breaking strength) yang lebih besar dibandingkan dari bahan serat alami atau sintesis. Kapal trawl yang terbuat dari kayu umumnya menggunakan tali dari bahan sintesis.
Kapal trawl pada umumnya, tali penarik dihubungkan (digulung dan diulur) oleh Trawl winch, yang menggunakan sistem tenaga hidrolik untuk menurunkan dan menaikan alat tangkap trawl dari dalam perairan ke atas geladak kapal. Tali penarik (warp)dari Trawl winch diikatkan pada masing-masing papan pembuka mulut jaring (Otter board) yang terdapat pada kedua sayap alat tangkap trawl (Nainggolan Chandra, 2007).

2.4.8 Net Pendant (Bridle line)
Net pendant (Bridle line) adalah tali atau warp yang menghubungkan antara jaring dengan papan pembuka mulut jaring (Otter board). Net pendant (Bridle line) pada umumnya terbuat dari baja dan ukurannya lebih kecil dari diameter tali penarik (warp) yang digunakan. Panjang net pendant (jarak antara jaring dan Otterboard) sangat bervariasi antara satu kapal dengan kapal lainnya, namun pada umumnya lebih dari 20 m (Nainggolan Chandra, 2007).

2.4.9 Alat Pemisah Ikan (API)
Alat Pemisah Ikan (API) dan sering disebut sebagai By Catch Excluder Device (BED) adalah suatu alat yang dipasang untuk memisahkan dan mengeluarkan dari dalam jaring biota laut jenis tertentu, misalnya seperti kura-kura, dapat keluar dari trawl meskipun sudah masuk ke badan jaring pada saat alat tangkap dioperasikan di laut. Alat Pemisah Ikan (API) pada dasarnya bukan bagian dari alat tangkap trawl namun sebagai alat tambahan. Alat Pemisah Ikan (API) pada umumnya terbuat dari kerangka besi yang dirancang secara khusus, dipasang pada badan alat tangkap trawl di bagian belakang (Nainggolan Chandra, 2007).




2.5 Daerah Penangkapan (Fishing ground)
Trawl adalah alat tangkap yang aktif, dimana kapal yang menarik alat tangkap bergerak mengejar ikan sehingga masuk ke dalam jaring, oleh karena itu kecepatan kapal dalam menarik alat tangkap pada umumnya adalah lebih besar dari kecepatan renang rata-rata ikan yang tertangkap, disamping itu bentuk alat tangkap trawl dirancang secara khusus sehingga memiliki sayap yang menggiring target kearah mulut jaring atau mencegah ikan lari ke arah samping (sisi kiri dan kanan alat tangkap).
Alat tangkap trawl dapat dioperasikan disekitar pantai atau pun diperairan yang jauh dari pantai. Umumnya alat tangkap trawl dapat dioperasikan pada berbagai kedalaman yaitu:
1. Disekitar permukaan menggunakan pukatpermukaan (Surface trawl)
2. Dipertengahan perairan dengan pukat pertengahan (Mid water trawl)
3. Disekitar dasar atau di dasar perairan menggunakan pukat dasar (Bottom trawl).
Dasar perairan yang menjadi daerah penangkapan ikan pada alat tangkap trawl adalah:
1. Bukan daerah berkarang
2. Khusus untuk terutama pukat dasar (Bottom trawl) relatif ditandai dengan pertukaran dasar perairan tidak bergelombang atau berbukit-bukit, tidak berkarang dan memiliki dasar pasir, lumpur atau campuran antara ke duanya.
Keberhasilan dalam menentukan daerah penangkapan untuk trawl sangat berkaitan erat dengan pengetahuan akan ruaya (migrasi) ikan. Pengetahuan mengenai biologi, oceanografi dan sifat-sifat serta kebiasaan hidup ikan atau udang yang menjadi target tangkapan upaya menentukan Fishing ground yang baik biasanya menggunakan berbagai alat Bantu, baik yang sifatnya untuk mencari gerombolan ikan (alat deteksi di dalam air seperti Fish finder atau Sonar) ataupun alat bantu yang digunakan untuk mengetahui kondisi perairan yang disukai oleh target tangkapan (Nainggolan Chandra, 2007).



2.6 Persiapan Operasi Penangkapan
Persiapan operasi alat tangkap trawl dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1. Persiapan yang dilakukan ketika kapal masih berada di pelabuhan sebelum kapal berangkat ke laut.
2. Persiapan operasi penangkapan kapal sudah berada di laut sesaat sebelum alat tangkap digunakan.(Nainggolan Chandra, 2007).

2.6.1 Penurunan Alat Tangkap (Setting)
Kegiatan Penurunan alat tangkap(setting) dilakukan di geladak belakang, sebelum alat tangkap diturunkan ke air terlebih dahulu diperiksa kedalaman perairan, Penentuan kedalaman perairan ditentukan berdasarkan panjang tali penarik (warp) yang digunakan biasanya berkisar antara tiga sampai lima kali kedalaman perairan dimana alat tangkap tersebut dioperasikan. Pemeriksaan kedalaman bisa dilakukan melalui peta laut atau yang lebih akurat lagi dengan menggunakan Echo sounder dan Fish finder (Nainggolan Chandra, 2007).
Penurunan alat tangkap (setting) kedalam perairan diawali dengan menurunkan trawl secara perlahan ke air dari buritan kapal. Bagian yang pertama diturunkan adalah bagian kantong, perut dan terakhir sayap. Waktu saat penurunan alat tangkap (setting), kapal memiliki laju dan kecepatan kapal 1-2 knot. Proses penurunan alat tangkap (setting) kapal tidak boleh berhenti atau melakukan gerakan mundur jika kapal berhenti dan melakukan mesin mundur maka jaring akan masuk ke dalam baling-baling kapal dan akan merusak jaring. Papan pembuka mulut jaring (Otter board) diturunkan secara perlahan-lahan dengan cara mengarea tali penarik (warp) dengan menggunakan Trawlwinch. Tali penarik (warp) diarea sampai panjang tali penarik (warp) yang telah sesuai dengan yang dikehendaki, setelah itu Trawlwinch dikunci agar panjang tali penarik (warp) tidak berubah dan kecepatan kapal tidak berubah (Nainggolan Chandra, 2007).

2.6.2 Penarikan Alat Tangkap (Towing)
Penarikan alat tangkap (towing) adalah lamanya alat tangkap dalam perairan setelah proses penurunan alat tangkap (setting) selesai. Lamanyapenarikan alat tangkap (towing) berkisar antara dua sampai tiga jam dengan haluan kapal yang telah ditentukan terlebih dahulu. Waktu saat penarikan alat tangkap (towing), haluan maupun kecepatan kapal dapat diubah, disamping itu panjang tali penarik (warp) yang digunakan untuk mengoperasikan trawl juga dapat diubah, diperpanjang dan diperpendek. Perubahan panjang tali penarik (warp) umumnya disesuaikan dengan perubahan kedalaman perairan selama penarikan alat tangkap(towing) (Nainggolan Chandra, 2007).
Kapal yang mengoperasikan pukat udang ganda (Double shrimp trawl) pada umumnya adalah Bottomtrawl, disamping menggunakan alat pendeteksi ikan seperti Fishfinder pada umumnya menggunakan alat tangkap ketiga, sering disebut sebagai Jaring uji coba(Try net)dimana ukurannya lebih kecil dari pada trawl. Jaring ujicoba (Try net)digunakan untuk indikator hasil tangkapan pada trawl yang digunakan. Jaring uji coba (Try net)dipasang diantara kedua jaring trawl yang dioperasikan oleh kapal pukat udang ganda(Doubleshrimptrawl). Jangka waktu tertentu, misalnya setiap 30-45 menit Jaring uji coba (Try net)dinaikan ke atas geladak kapal untuk dicek jumlah udang yang tertangkap pada Jaring uji coba (Try net)semakin banyak maka semakin banyak pula hasil tangkapan yang ada pada trawl yang dioperasikan. Banyaknya hasil tangkapan udang pada Jaring uji coba (Try net) kerap digunakan untuk menentukan kapan penarikan alat tangkap (towing) dihentikan dan alat tangkapdinaikan ke atas deck kapal (Nainggolan Chandra, 2007)

2.6.3 Menaikan Alat Tangkap (Hauling)
Menaikan alat tangkap (hauling) adalah kegiatan penarikan alat tangkap ke atas deck kapal setelah penarikan alat tangkap (towing) dilakukan, beberapa lamanya. Menaikan alat tangkap (hauling) kecepatan kapal dikurangi atau diturunkan dan trawl secara perlahan ditarik ke atas kapal. Penarikan alat tangkap trawl dilakukan dengan cara menarik tali penarik (warp) yang dilaksanakan oleh Trawlwinch. Tahapanmenaikan alat tangkap (hauling)dapatdikelompokkanmenjadi:
1. Penarikan tali penarik (warp) sehingga papan pembuka mulut jaring (Otterboard) berada di kapal
2. Penarikan seluruh jaring trawl ke atas geladak
Pengeluaran hasil tangkapan dari kantong trawl ke geladak kapal (Nainggolan Chandra, 2007)

2.7 Hasil Tangkapan Trawl
Kelompok target tangkapan trawl dibagi menjadi dua yaitu kelompok hasil tangkapan pukat ikan (Fish trawl) dan kelompok hasil tangkapan pukat udang (Shrimp trawl). Pukat udang adalah trawl yang dirancang untuk menangkap berbagai jenis udang, oleh karena itu pukat udang (Shrimp trawl) selalu dioperasikan di dasar perairan. Udang pada dasarnya bersembunyi pada lumpur dan pasir yang berada di dasar perairan, oleh karena itu pemberat pada pukatu dang biasany dirancang khusus dan menggunakan bahan logam (banyak yang menggunakan rantai) sehingga dapat mengaduk dan mengejutkan udang yang berada dalam lumpur. Akibat adanya pengadukan lumpur, udang keluar dari persembunyiannya sehingga dapat ditangkap dan masuk kedalam mulut trawl. Jenis-jenis udang yang tertangkap menggunakan pukat udang yaitu udang windu, udang penaud, udang krosok, udang jerak, udang jaka, udang bunga, udang dogol dan udang bireng (Nainggolan Chandra, 2007).

2.8 Penanganan Hasil Tangkapan Udang
Penanganan hasil tangkapan udang dilakukan dengan tujuan agar mutu hasil tangkapan tetap baik. Penanganan hasil tangkapan tersebut dilakukan dengan cara menurunkan suhu udang (sampai udang beku) yang bertujuan untuk memperpanjang waktu penyimpanan sehingga udang tetap bermutu baik dalam waktu yang relatif lama. (Nainggolan Chandra, 2007).
Penanganan hasil tangkapan dilakukan dengan prinsip sebagai berikut:
1. Menjaga agar tubuh udang tidak menjadi rusak dan tidak memar.
2. Bekerja dengan cepat agar sebelum proses penurunan mutu berlangsung, udang sudah berada diruang suhu rendah
3. Bekerja pada suhu rendah dan sedapat mungkin udang yang sedang ditangani terkena sinar matahari.
4. Segera menurunkan suhu tubuh udang agar proses penurunan mutu bisa di
minimalkan atau dihambat. (Nainggolan Chandra, 2007).

2.8.1 Tahapan Penanganan Hasil Tangkapan Udang
Penanganan hasil tangkapan dimulai sejak alat tangkap trawl dinaikan ke atas kapal sampai hasil tangkapan disimpan dalam palka. Tahapan penanganan yaitu:
1. Mengangkat jaring bersama hasil tangkapan dari air ke geladak kapal dan mengeluarkan hasil tangkapan dari dalam kantong.
Alat tangkap diangkat dari air ke atas kapal, maka jaring dan kantong yang berisi hasil tangkapan akan langsung ditumpahkan di atas dek kapal, setelah selesai hasil tangkapan ditumpahkan, maka mulut dari kantong akan diikat kembali untuk melakukan penurunan alat tangkap (setting) lagi. Proses penurunan alat tangkap (setting) berlangsung, maka langsung pula kegiatan penyortiran hasil tangkapan yang berada di atas dek kapal, (Nainggolan Chandra, 2007).
2. Sortasi, Mencuci, Menyiangi dan Pengepakan Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan trawl baik oleh pukat udang maupun pukat ikan terdiri dari berbagai ukuran dan beragam jenisnya (kecuali untuk Mid wate trawl dan Surface trawl yang dioperasikan di perairan subtropis dimana jenis ikan yang tertangkap biasanya adalah satu jenis dengan ukuran yang relatif sama) karena jenis dan ukuran ikan beragam dilakukan sortasi untuk mengelompokkan ikan menurut jenis dan ukurannya. Hasil tangkapan selesai disortir selanjutnya dilakukan pencucian dan penimbangan. Hasil tangkapan ikan disusun dalam wadah khusus, biasanya tiap wadah berisi ikan seberat 5-10 Kg, sedangkan untuk hasil tangkapan udang biasanya 2 Kg, 5 Kg atau 10 Kg/wadah. Ikan atau udang yang disusun dalam wadah dimasukan ke dalam pendingin untuk diturunkan suhunya atau dibekukan, disamping itu sesuai dengan permintaan pasar ada jenis ikan tertentu yang terlebih dahulu disiangi atau dipotong-potong (filet) sebelum didinginkan, (Nainggolan Chandra, 2007).
3. Menurunkan suhu (mendinginkan) udang secara cepat
Kapal Traw lmodern pada umumnya melakukan penurunan suhu udang secara cepat dilakukan dengan menggunakan unit pendingin (Contact freezer). Proses penggunaan dengan unit pendingin (Contact freezer) yang baik dalam waktu sekitar tiga samapi empat jam ikan atau udang di dalam wadah sudah membeku dan dapat disimpan dalam palka. Kapal yang relatif sederhana atau tradisional pendinginan hasil tangkapan pada umumnya dilakukan dengan menggunakan es. (Nainggolan Chandra, 2007).
4. Menyimpan hasil tangkapan di dalam palka.
Ikan atau udang yang sudah dibekukan dalam unit pendingin (Contact freezer) selanjutnya siap disimpan dalam palka. Fungsi palka pada prinsipnya adalah menjaga agar suhu ikan atau udang tetap rendah atau menurunkan suhu hasil tangkapan lebih rendah lagi secara perlahan-lahan. Ikan atau udang yang sudah beku disimpan dalam palka, terlebih dahulu dimasukan ke dalam kartonbesar (Master carton) yang sudah diberi label yang antara lain menginformasikan jenis ikan atau udang, berat dan informasi lain sesuai dengan kebutuhan pasar. Hasil tangkapan yang sudah dikemas dalam kartonbesar (Master carton) siap untuk dipasarkan, (Nainggolan Chandra, 2007).

2.9 Hal-hal yang Mempengaruhi Kegagalan Operasi Penangkapan
Padasaatoperasi, dapatterjadihal-hal yang dapatmenggagalkanoperasiantara lain:
• Warp terlalupanjangatau speed terlalulambatataujugahal lain makajaringakanmengeruk Lumpur
• Jaringtersangkutpadakarang/bangkaikapal
• Jaring atau tali temali tergulung pada crew
• Warp putus
• Otter board tidak bekerja dengan baik, misalnya terbenam pada lumpur pada waktu permulaan penarikan dilakukan
• Hilang keseimbangan, misalnya otter board yang sepihakbergerakkearahpihak yang lainnya lalu tergulung kejaring
• Ubur-ubur, kerang-kerangandan lain-lain penuh masuk kedalam jaring, hingga cod end tak mungkin diisiikan lagi.
• Dan lain sebagainnya.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat disimpulkan dari makalah inia dalah sebagai berikut :
• Kata “trawl“ berasal dari bahasa prancis “troler“ dari kata “trailing“ adalah dalam bahasa inggris, mempunyai arti yang bersamaan, dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan kata “tarik“ ataupun “mengelilingi seraya menarik“.
• Bagian-bagian trawl terdiri dar tali ris atas, tali ris bawah, sayap, badan jaring, kantong, otter board, tali penarik, net pendant dan Alat Pemisah Ikan (API).
• Operasi penangkapan pada alat tangkap terdiri dari tiga tahap yaitu penurunan alat tangkap (Setting), penarikan alat tangkap (Towing) dan menaikan alat tangkap (Hauling).
• Kelompok target tangkapan trawl dibagimenjadi dua yaitu kelompok hasil tangkapan pukat ikan (Fish trawl) dan kelompok hasiltang kapan pukat udang (Shrimp trawl).

Pengaruh Kecepatan Purse Seine Pada Hasil Tangkapan


TUGAS TERSTRUKTUR
MESIN KAPAL

Judul:

Pengaruh Kecepatan Purse Seine Pada Hasil Tangkapan

Disusun Oleh :
David Kau Banase
logoFPIKbaru105080213111008






FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012

1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
          Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki garis pantai 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2, sehingga potensi perikanan Indonesia sangat besar. Ada banyak alat tangkap yang digunakan untuk mengeksplorasi hasil perikanan laut, salah satunya adalah alat tangkap pukat cincin (purse seine). Purse seine merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis di sekitar permukaan air.
Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan lapang, khususnya untuk mengetahui teknik operasional penangkapan, hasil tangkapan dan faktor-faktor yang berpengaruh dalam penangkapan ikan dengan alat tangkap purse seine. Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Prigi, Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Propinsi Jawa Timur. Kegiatan ini berlangsung mulai 19 Juli – 1 September 2010. Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode deskriptif dengan pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan cara partisipasi aktif, observasi, dan studi pustaka.
Teknik operasional penangkapan dengan alat tangkap purse seine menggunakan dua kapal (two boats system) dan sistem operasi hanya dilakukan selama satu hari (one day fishing). Teknik operasional alat tangkap purse seine memiliki tiga tipe operasional, yaitu tipe gerakan, tipe gadangan dan tipe operasional penangkapan di rumpon. Tahapan operasional alat tangkap purse seine terdiri dari persiapan awal, penentuan fishing ground, setting, hauling, dan penanganan hasil tangkapan (handling). Ketepatan melingkari gerombolan ikan, kecepatan tenggelamnya pemberat dan kecepatan penarikan purse line merupakan faktor penting dalam operasional purse seine.
Hasil tangkapan dengan alat tangkap purse seine adalah ikan pelagis seperti tongkol (Euthynnus affinis), ikan tuna (sirip kuning) (Thunnus albacares), Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) dan ikan pelagis lainnya. Beberapa permasalahan yang timbul dalam teknis penangkapan yaitu rusaknya alat tangkap pada saat melakukan operasional penangkapan dan kondisi cuaca yang tidak mendukung, sehingga hasil tangkapan berkurang.
Motor bakar adalah sebuah pesawat yang dapat mengubah salah satu bentuk energi menjadi suatu kerja mekanik termasuk enrgi energi listrik, BBM dan lain-lain.
Pada motor bakar energinya diperoleh dari pembakaran suatu bahan bakar didalam pesawat itu sendiri yang menimbulkan kenaikan tekanan dan pengembangan gas, sehingga dapat dipergunakan untuk kerja mekanik.
Sebuah motor bakar adalah yang mendapat atau membuat energi dari pembakaran suatu bahan bakar didalam pesawat itu sendiri dan mengubahnya menjadi kerja mekanik.
Adalah dalam cara kerjanya mesin uap pembakaranya terpisah atau ditempat yang lain menggunakan (ketel), panas yang dikeluarkan oleh bahan bakar dipindahkan pada bahan atau lat pengantara (air ketel) yang kemudian dalam bentuk uap dimasukkan kedalam suatu pesawat untuk dapat diubah menjadi kerja mekanik.
Sehingga dengan cara diatas maka : mesin uap adalah suatu pesawat yang mendapat energi dari pembakaran suatu bahan bakar ditempat lain dan dialirkan dalam bentuk uap diubah menjadi kerja mekanik.















2      DATA PRIMER
Reaksi dari stres ikan sarden (Sardina pilchardus) terhadap penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap purse seine. Dimana, sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh perikanan  purse seine di portugal utara digambarkan untuk menggambarkan dinamika awal sardin (sardina pichardus) dengan mengidentifikasi stressor selama proses penangkapan ikan komersial.
Dari perubahan hematokrit, hemoglobin, kortisol, glukosa, konsentrasi ionik, ATP dan catabolites yang dimodelkan dengan   menggunakan  model campuran linear sebagai fungsih dari waktu yang dihabiskan ikan di jaring, yaitu biologis (jenis kelamin,tempat reproduksi) dan variabel operasional (memancing, tingkat cahaya dan fase operasi penangkapan ikan). Tren linear yang signifikan dengan waktu yang terdeteksi untuk yang paling stres variabel dan konsentrasi selama 2 jamdalam jaring yang konsisten dengan nilai-nilai sastra reaksi stres ikut untuk teleosts. Sehingga faktor yang mempengaruhi masing-masing ketegangan variabel dengan sampel selama perjalanan. Namun, tren linear dengan waktu yang dihabiskan variabel yang paling stres diamati untuk diberikan bahwa durasi dari penangkapan adalah stres utama dalam penangkapan ikan dengan alat tangkap purse seine sebagai hasil dari progresif volume air, dan pemindahan manipulasi terkait dengan metode memancing.
Sehingga dapat menunjukan bahwa perikanan purse seine merupakan studi studi kasus yang menarik untuk meningkatkan dan memahami respon stres dari ikan untuk perikanan. Kantong jangkar purse seine dari portugal disebabkan stres jauh  reaksi dalam sarden dengan nilai rata-rata pada akhir memancing. Kegiatan serupa dengan nilai puncak yang dilaporkan dalam literatur (jurnal) stres ikan saat di tangkap dengan alat tangkap purse seine. Sistem biologi dari stres ikan pada operasional variable memiliki dampak terbatas pada respon stres, sementara linear tren sangat signifikandengan waktu yang dihabiskan dalam jaringan diamati untuk variabel yang paling kurang signifikan dari efek menangkap dan tidak adanya signifikan antara perjalanan variasi dalam pengaruh waktu (acak) bahwa memberikan waktu yang dihabiskan dalam jaring adalah semakin penting operasianal variabel dari jumlah ikan (tertangkap dengan jaring).



3 DATA SEKUNDER
3.1 Definisi Alat Tangkap Purse Seine
Purse Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” di lalukan di dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut / tali kolor ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan. Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan kata lain dengan memperkecil ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Fungsi mata jaring dan jaring adalah sebagai dinding penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan. (fiqrin, 2010).
Purse seine atau jaring lingkar adalah jenis jaring penangkapan ikanberbentuk persegi panjang atau trapesiu, dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawa), sehingga dengan menarik tali kolor bagian bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan terkurung dalam jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan terkurung dalam jaring. (frezeries, 2009).



 







                                                Gambar 1. Alat Tangkap Purse Seine
Di Jepang purse seine dapat dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1) One Boat Horse Sardine Purse Seine
2) Two Boat Sardine Purse Seine
3) One Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse Seine
4) Two Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse Seine
5) One Boat Skipjack and Tuna Purse Seine
6) Two Boat skipjack and Tuna Purse Seine
Dari keenam macam purse seine di atas no (2), (3), (5) merupakan purse seine yang banyak digunakan.

3.2 Sejarah Alat Tangkap Purse Seine
Purse seine, pertama kali diperkenalkan di pantai utara Jawa oleh BPPL (LPPL) pada tahun 1970 dalam rangka kerjasama dengan pengusaha perikanan di Batang (Bpk. Djajuri) dan berhasil dengan baik. Kemudian diaplikasikan di Muncar (1973 / 1974) dan berkembang pesat sampai sekarang. Pada awal pengembangannya di Muncar sempat menimbulakan konflik sosial antara nelayan tradisional nelayan pengusaha yang menggunakan purse seine. Namun akhirnya dapat diterima juga. Purse seine ini memang potensial dan produktivitas hasil tangkapannya tinggi. Dalam perkembangannya terus mengalami penyempurnaan tidak hanya bentuk (kontruksi) tetapi juga bahan dan perahu / kapal yang digunakan untuk usaha perikanannya. (fiqrin, 2010).

3.3 Klasifikasi Alat Tangkap Purse Seine
Spesifikasi teknis alat tangkap purse seine terdiri dari :
a. Tali iris atas                      : Tali PE (polyethylene) atau PP (polypropylene).
b. Ukuran mata jaring   : Untuk menangkap ikan pelagis kecil sayap dan mesh size badan berukuran > 50 mm dan kantong berukuran > 25 mm.
c. Tali ris bawah                  : Tali PE, PA atau bahan lain
d. Tali kolor (purse line)     : Tali PE, PA atau bahan lain
e. Pelampung                       : Plastik atau styrofoam
f. Cincin                                : Terbuat dari besi tahan karat (stainless steel)
g. Alat Bantu            : Alat bantu untuk menarik dan mengangkat jaring yatu net drum, line hauler/kapstan, winch dan power block. Alat bantu pengumpul ikan berupa rumpon atau lampu.


 





                                           Gambar 2. power block
Jaring purse seine terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian sayap dan kantong. Bagian kantong berada ditengah diapit oleh bagian sayap pada kedua sisinya. Panjang jaring 400 – 700 meter, kedalaman 40 – 70 meter dan ukuran mata jaring kantong ¾ inchi. Bahan jaring adalah nylon multifilament dengan nomor benang dan mata jaring yang berbeda. Bagian kantong menggunakan nomor benang 210d/12 dengan ukuran mata jaring 19 mm, bagian sayap menggunakan nomor benang 210 d/9 dengan ukuran mata jaring 25,4 mm. Bagian badan sayap dan bagian bawah kantong menggunakan nomor benang 210 d/6 dengan  ukuran  mata jaring 25,4 mm. (frezeries, 2009).

3.5 Bagian-bagian Alat Tangkap Purse Seine
            Seperti juga pada alat tangkap lainnya, maka satu unit purse seine terdiri dari jaring, kapal, dan alat bantu (rumpon, lampu dan sebagainya).  Pada garis besarnya jaring purse seine terdiri dari  kantong (bag, bunt), badan jarring, tepi jarring, pelampung (float, corck), tali pelampung (corck line, float line), sayap (wing), pemberat (sinker, lead), tali penarik (purse line), tali cincin (purs ring), dan selvage. (duniaperikanan, 2011) .
 





                           Gambar 3. Bagian-bagian Alat Tangkap Purse Seine
3.6 Operasi Penangkapan Dengan Purse Seine
Metode Pengoperasian Alat
   Pada umumnya jaring dipasang dari bagian belakang kapal (buritan) tetapi ada juga yang menggunakan samping kapal. Tahapan operasi penangkapan dengan alat purse seine sama seperti proses penangkapan dengan alat lainnya yaitu persiapan, setting, hauling dan memindahkan hasil tangkapan. Urutan operasi dapat digambarkan sebagai berikut :
   Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan. Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut. Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu seperti fish finder waktu operasi pun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang hari pun jika gerombolan ikan diketemukan segera jaring dipasang.
    Pada operasi malam hari, mengumpulkan/menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan dengan menggunakan cahaya. Biasanya dengan fish finder bisa diketahui depth dari gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya. Setelah posisi ini tertentu barulah lampu dinyalakan (ligth intesity) yang digunakan berbeda-beda tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya. Juga pada sifat phototakxisnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Setelah fishing shoal diketemukan perlu diketahui pula swimming direction, swimming speed, density ; hal-hal ini perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan, kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang dijatuhkan dan lain sebagainya. Tidak boleh luput pula dari perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri mencari tempat aman (pada umumnya tempat dengan depth yang lebih besar) yang dengan demikian arah perentangan jaring harus pula menghadang ikan-ikan yang terkepung dalam keadaan kemungkinan ikan-ikan tersebut melarikan diri ke depth lebih dalam.
    Dalam waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan cepat dengan tujuan supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah purse seine ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup. Melingkari gerombolan ikan dengan jaring adalah dengan tujuan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri dalam arah horisontal. Sedang dengan menarik purse line adalah untuk mencegah ikan-ikan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri ke bawah. Antara dua tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat, sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri. Untuk mencegah hal ini, dipakailah galah, memukul-mukul permukaan air dan lain sebagainya. Setelah purse line selesai ditarik, barulah float line serta tubuh jaring (wing) dan ikan-ikan yang terkumpul dipindahkan ke atas kapal. Lama pengoperasian alat ini tidak lebih dari 30 menit hal ini dilakukan karena ikan yang bergerombol harus segera dilingkari jaring lalu ditangkap. Jika terlalu lama maka peluang keberhasilan mendapatkan ikan yang banyak sangat kecil.


 





                                    Gambar 4.Metode Penangkapan
3.7 Daerah Penangkapan (Fishing Ground)
Daerah penangkapan atau lazim disebut “Fishing ground” adalah suatu daerah dimana ikan dapat ditangkap dengan hasil tangkapan ikan yang mengguntungkan. Adapun syarat daerah penangkapan pengoperasian purse seine yaitu :
·         bukan daerah yang dilarang menangkap ikan
·         terdapat ikan pelagis yang bergerombol
·         perairannya relatif lebih dalam dibandingkan dengan dalamnya jaring
Operasi penangkapan yang membutuhkan rumpon sebagai alat bantu menangkap ikan, maka kapal penangkap tersebut setelah sampai daerah penangkapan yang diinginkan maka rumpon diturunnkan ke dalam perairan dan diberi pelampung tanda kemudian ditinggalkan, biasanya nelayan membawa lebih dari satu rumpon. Tetapi ada pula rumpon tidak ditinggalkan, tetapi setelah kapal lego jangkar (menurunkan jangkar) rumpon diturunkan ke dalam air kemudian diikatkan satu buah di haluan di haluan dan satu buah di buritan kapal. Lampu penerangan (listrik atau minyak tanah) dinyalakan di sekeliling kapal sehingga kapal tersebut sanggat terang, maksudnya supaya ikan bergerombol di sekitar kapal.
Purse seine juga dapat digunakan dari fishing ground dengan kondisi sebagai berikut :
1) A spring layer of water temperature adalah areal permukaan dari laut.
2) Jumlah ikan berlimpah dan bergerombol pada area permukaan air.
3) Kondisi laut bagus.
Purse seine banyak digunakan di pantai utara Jawa / Jakarta, cirebon, Juwana dan pantai Selatan (Cilacap, Prigi, dll).

3.8 Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan utama pukat cincin (purse seine) adalah jenis-jenis ikan yang hidup bergerombol di periran permukaan (pelagis) seperti pelagis kecil (kembung, selar, lemuru dan ikan lainnya) dan perairan pertengahan pelagis besar (cakalang, tuna, dan jenis ikan lainnya).
Purse seine merupakan alat tangkap utama dalam penangkapan ikan pelagis kecil di Indonesia. Alat tangkap ini menangkap ikan-ikan yang berada pada lapisan permukaan (surface layer). Alat tangkap ini dikategorikan surrounding net atau encircling net (alat tangkap yang dioperasikan dengan cara dilingkarkan). Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”, yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan. Jenis ikan yang ditangkap dengan purse seine terutama di daerah Jawa dan sekitarnya adalah : Layang (Decapterus spp), bentang, kembung (Rastrehinger spp) lemuru (Sardinella spp), slengseng, cumi-cumi dll. (fiqrin, 2010).

3.9 Alat Bantu Penangkapan Ikan
I. Lampu
Fungsi lampu untuk penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian dilakukan operasi penangkapan dengan menggunakan berbagai alat tangkap, seperti purse seine.Jenis lampu yang digunakan bermacam-macam, seperti oncor (obor), petromaks, lampu listrik (penggunaannya masih sangat terbatas hanya untuk usaha penangkapan sebagian dari perikanan industri).
Ikan-ikan itu tertarik oleh cahaya lampu kiranya tidak terlalu dipermasalahkan sebab adalah sudah menjadi anggapan bahwa hampir semua organisme hidup termasuk ikan yang media hidupnya itu air terangsang (tertarik) oleh sinar / cahaya (phototaxis positif) dan karena itu mereka selalu berusaha mendekati asal / sumber cahaya dan berkumpul disekitarnya.




                                           Gambar 5. Lampu
II. Rumpon
Rumpon  merupakan suatu bangunan (benda) menyerupai pepohonan yang dipasang (ditanam) di suatu tempat ditengah laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari empat komponen utama, yaitu : pelampung (float), tali panjang (rope) dan atraktor (pemikat) dan pemberat (sinkers / anchor).
Rumpon umumnya dipasang (ditanam) pada kedalaman 30-75 m. Setelah dipasang kedudukan rumpon ada yang diangkat-angkat, tetapi ada juga yang bersifat tetap tergantung pemberat yang digunakan.
Dalam praktek penggunaan rumpon yang mudah diangkat-angkat itu diatur sedemikian rupa setelah purse seine dilingkarkan, maka pada waktu menjelang akhir penangkapan, rumpon secara keseluruhan diangkat dari permukaan air dengan bantuan perahu penggerak (skoci, jukung, canoes)
Untuk rumpon tetap atau rumpon dengan ukuran besar, tidak perlu diangkat sehingga untuk memudahkan penangkapan dibuat rumpon mini yang disebut “pranggoan” (jatim) atau “leret” (Sumut, Sumtim). Pada waktu penangkapan mulai diatur begitu rupa, diusahakan agar ikan-ikan berkumpul disekitar rumpon dipindahkan atau distimulasikan ke rumpon mini. Caranya ada beberapa macam misalnya dengan menggiring dengan menggerak-gerakkan rumpon induk dari atas perahu melalui pelampung-pelampungnya. Cara lain yang ditempuh yaitu seakan-akan meniadakan rumpon induk untuk sementara waktu dengan cara menenggelamkan rumpon induk atau mengangkat separo dari rumpo yang diberi daun nyiur ke atas permukaan air. Terjadilah sekarang ikan-ikan yang semula berkumpul di sekitar rumpon pindah beralih ke rumpon mini dan disini dilakukan penangkapan.
Sementara itu bisa juga digunakan tanpa sama sekali mengubah kedudukan rumpon yaitu dengan cara mengikatkan tali slambar yang terdapat di salah satu kaki jaring pada pelampung rumpon, sedang ujung tali slambar lainnya ditarik melingkar di depan rumpon. Menjelang akhir penangkapan satu dua orang nelayan terjun kedalam air untuk mengusir ikan-ikan di sekitar rumpon masuk ke kantong jaring. Cara yang hampir serupa juga dapat dilakukan yaitu setelah jaring dilingkarkan di depan rumpon maka menjelang akhir penangkapan ikan-ikan di dekat rumpon di halau engan menggunakan galah dari satu sisi perahu.


Gambar 6. Rumpon

4. PROSES PEMBAHASAN
4.1 Data Kapal
          Adapun data kapal yang diperoleh dalam jurnal adalah sebagai berikut :
a.  Ship Dimention (Ukuran Pokok Kapal)


















·           Panjang Keseluruhan Kapal (LOA)                       : 11,60 m
·           Panjang Garis Tegak Kapal (LBP)             : 8,15 m
·           Panjang Garis Air (LWL)                          : 10,56 m
·           Lebar Kapal Maksimum (B Max)              : 4,40 m
·           Lebar Garis Geladak Kapal (Bmdl)             : 2,15 m
·           H/D (Tinggi Kapal)                                               : 3, 56 m
·           Tinggi Geladak                                            : 1,90 m
·           Sarat Kapal (d)                                             : 1 m    
·           Panjang Lunas                                             : 12 m
·           Tinggi Linggi Haluan                                 : 3 m
·           Tinggi Linggi Buritan                                : 1,5 m
·           Koefisien Blok (Cb)                                                : 0,52   
·           Koefisien Gading Besar (Cm)                    : 0,84
·           Koefisien Garis Air (Cw)                          : 0,89
·           Koefisien Prismatik (Cp)                           : 0,10



b.  GT Kapal
 K_1 = 0.2 + 0.02 \cdot log_{10}(V)

K1   = 0,2 + 0,02 . log­10 (21,5)
       = 0,63
           
GT = K_1 \cdot V

GT  = 0,63 x 21,5
       = 13,55 Ton

c. Displacement
      h = jarak antara WL satu dengan yang lain = 0,25
Tabel 1. Jarak Antara WL
No.
WPA (m)
FL
WPA x FL
0
0
1
0
0,25
8,49
4
33,96
0,5
15,5
2
31
0,75
36.96
4
147,84
1
45,38
1
45,38
Total ( ∑ )
258,18

Simpson I
Volume Displacement VD () = 1/3 x h x å hasil
                                                    = 1/3 x 0,25 x 258,18 m2
                                                    = 21,5 m3

 

Displacement (∆)

            D (∆) = VD x g air laut
                      = 21,5 m3 x 1,025 Ton/m3
                      = 22,37 Ton
         Dimana :
V         = displacement volume (m3)
         = displacement berat (ton)
            γ          = berat jenis air laut (1,025)

4.2 Data Mesin
          Adapun data mesin yang diperoleh dalam jurnal adalah sebagai berikut :
·                Merk                                     : Mitsubishi
·                Tipe                                      : D 16
·                Jenis                                      : Motor Diesel
·                Daya                                     : 80 HP
·                Jumlah Silinder (I)              : 6 Buah Silinder
·                Sistem Start                          : Dinamo
·                Sistem Pendingin                : Pendinginan Tertutup
·                Bahan Bakar                         : Solar
·                Sistem Pelumasan                : Samp Basah
·                Ukuran Tangki                    : 220 Liter
·                Panjang Mesin                     : 157 cm
·                Lebar Mesin                         : 77 cm
·                Tinggi Mesin                                  : 81 cm
·                Pelumas                                : Mediteran 40
·                Diameter Torak (D)                        : 11,8 mm
·                Putaran Mesin (n)               : 1300 Rpm
·                Langkah Torak (S)              : 11,5
·                Celah Ruang Bakar (c)        : 2,5 cm
·                Tekanan efektif rata-rata   
   turbo charger                       : 7 kg/cm2
·             Tekanan efektif rata-rata
  tanpa turbo charger              : 5 kg/cm2

4.3 Data Alat Tangkap
            Adapun data alat tangkap purse seine yang dipeoleh di jurnal adalah sebagai berikut :
·         Panjang Alat Tangkap           : 375 m
·         Tinggi Alat Tangkap             : 35 m
a. Tali Ris Atas
·         Panjang (Length)                   : 375 m
·         Bahan                                      : Polyethylene
·         Diameter                                : 0,4 Inch
·         Berat                                       : 4 gram
b. Tali Ris Bawah
·         Panjang (Length)                   : 375 m
·         Bahan                                      : polyethylene
·         Diameter                                : 0,4 Inch
·         Berat                                       : 4 gram
c. Tali Pelampung
·         Panjang (Length)                   : 400 m
·         Bahan                                      : Poleythylene
·         Diameter                                : 0,4 Inch
·         Berat                                       : 5 gram
d. Sayap Kantong (Wing Bunt)
·         Panjang (Length)                   : 150 m
·         Kedalaman (Depth)               : 35 m
·         Mesh Size                              : 1,4 Inch
·         Berat                                       : 100 gram
·         Bahan                                      : Nylon no. 6
e. Badan Kantong (Central Bunt)
·         Panjang (Length)                   : 75 m
·         Kedalaman (Depth)               : 35 m
·         Mesh Size                              : 1,4 Inch
·         Berat                                       : 50 gram
·         Bahan                                      : Nylon no. 15
f. Tali Cincin (Tali Kolor)
·         Panjang (Length)                   : 450 m
·         Bahan                                      : Polyethylene
·         Diameter                                : 0,4 Inch
·         Berat                                       : 7 gram
g. Tali Penggantung Cincin
·         Panjang (Length)                   : 4.5 m
·         Bahan                                      : Polyethylene
·         Diameter                                : 0,4 Inch
·         Berat                                       : 2 ons
h. Cincin (Ring)
·         Bahan                                      : Stainless Steel
·         Diameter                                 : 3 Inch
·         Berat                                        : 2 ons
i. Pelampung (Float)
·         Panjang (Length)                   : 3 Inch
·         Bahan                                      : Polystyrene
·         Diameter                                : 2 Inch
·         Berat                                       : 2 Ons
j. Pemberat (Weights)
·         Bahan                                      : Lead
·         Berat                                       : 1 ons

4.4 Kaitan Kecapatan Kapal Purse Seine dengan Jumlah Hasil Tangkapan
            Kecepatan kapal purse seine harus disesuaikan dengan kecepatan hasil tangkapan. Jika kecepatan hasil tangkapan atau target melebihi kecepatan kapal maka akibatnya tidak akan mendapat hasil yang memuaskan atau dengan kata lain semua hasil tangkapan atau target akan kabur. Selain kecepatan kapal dalam mengejar hasil tangkapan juga, factor yang berpengaruh adalah kecepatan jaring melingkar dan kecepatan jaring membentuk kantong.
             Hubungan antara kecepatan purse seine dengan hasil tangkapan dapat dilihat dalam diagram berikut ini :



Tabel 1. Diagram Hubungan Kecepatan Kapal dan Hasil Tangkapan
       Hasil Tangkapan





                                                                                                          V (Knot)
                      12  13     15


“Dalam hal kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkapa purse seine yaitu jika kecepatan kapal lebih cepat dari kecepatan renang ikan baik dalam hal melingkari hasil tangkapan ataupun kecepatan jaring membentuk kantong maka, hasil tangkapan yang diperoleh akan maksimal dan begitu pula  sebaliknya”.
















5. PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Kecepatan Kapal Purse Seine Pada Hasil Tangkapan
          Penangkapan dengan purse seine harus memperhatikan beberapa factor yaitu pencarian gerombolan ikan, pengepungan gerombolan ikan dan pengoperasian jaring. Apabila kelompok ikan telah ditemukan maka kapal segera melakukan pengejaran. Pada saat melakukan pengejaran diusahakan agar kelompok ikan berada disebelah kanan kapal. Sebelum jaring diturunkan harus diperhitungkan juga arah angin., arah arus dan arah renang ikan. Hal yang sangat menguntungkan bila pada waktu penebaran jaring arah angin dan arus saling berlawanan.
            Selain hal-hal yang disebutkan diatas, salah satu factor yang penting dalam pengoperasian alat tangkap purse seine adalah kapal harus memiliki kecepatan yang sangat besar atau tinggi. Hal ini dikarekan untuk mengejar gerombolan ikan saat menemukan gerombolan ikan. Jika kapal yang digunakan memiliki kecepatan yang lebih kecil dari kecepatan renang ikan maka kemungkinan tidak akan mendapat hasil tangkapan. Sebaliknya kapal yang digunakan memiliki kecepatan yang lebih tinggi dari kecepatan renang ikan maka hasil tangkapan yang didapat akan semakin banyak.
            Dalam kegiatan penangkapan ikan dengan alat tangkap purse seine ada beberapa factor lain juga yang mempengaruhi dalam keberhasilan antara lain :
1.     Kecepatan kapal dalam melingkari hasil tangkapan
Dalam melingkari hasil tangkapan, kapal harus memiliki kecepatan yang lebih tinggi dari kecepatan renang ikan. Hal ini dapat menyebabkan banyaknya hasil tangkapan yang diperoleh. Jika kecepatan renang ikan lebih cepat maka hasil tangkapan yang di peroleh akan semakin sedikit bahkan mungkin tidak ada. Tetapi jika sebaliknya kecepatan kapal yang lebih cepat maka hasil tangkapan akan banyak. Gambar pelingkaran hasil tangkapan dapat dilihat di bawah ini.








            Gambar 6. Pelingkaran Gerombolan Ikan
2.    Kecepatan Jaring Membentuk Kantong
Selain faktor kecepatan melingkari ikan, kecepatan jaring membentuk kantong juga sangat berpengaruh dalam operasi penangkapan dengan menggunakan purse seine. Hal ini dapat menyebabkan banyak sedikitnya ikan yang didapat. Jika tali kolor tidak ditarik secepat mungkin maka ikan dapat meloloskan diri melalui bagian bawah jaring. Sebaliknya jika tali kolor ditarik secepat mungkin maka kemungkinan ikan untuk lolos melalui bagian bawah jaring sangat kecil bahkan tidak ada. Gambar terbentuknya jaring menjadi kantong dapat dilihat dibawah ini
            Gambar 7. Penarikan Tali Kolor 













6 KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
          Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari tugas terstruktur ini adalah sebagai berikut:
  1. Purse Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” di lalukan di dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut / tali kolor ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring.
  2. Kecepatan kapal purse seine harus disesuaikan dengan kecepatan hasil tangkapan. Jika kecepatan hasil tangkapan atau target melebihi kecepatan kapal maka akibatnya tidak akan mendapat hasil yang memuaskan atau dengan kata lain semua hasil tangkapan atau target akan kabur.
  3. Dalam melingkari hasil tangkapan, kapal harus memiliki kecepatan yang lebih tinggi dari kecepatan renang ikan. Hal ini dapat menyebabkan banyaknya hasil tangkapan yang diperoleh.
  4. Jika tali kolor tidak ditarik secepat mungkin maka ikan dapat meloloskan diri melalui bagian bawah jaring. Sebaliknya jika tali kolor ditarik secepat mungkin maka kemungkinan ikan untuk lolos melalui bagian bawah jaring sangat kecil bahkan tidak ada.
  5. Tabel 1. Diagram Hubungan Kecepatan Kapal dan Hasil Tangkapan
       Hasil Tangkapan





                                                                                               V (Knot)
                    12  13     15
            “Dalam hal kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkapa purse seine yaitu jika kecepatan kapal lebih cepat dari kecepatan renang ikan baik dalam hal melingkari hasil tangkapan ataupun kecepatan jaring membentuk kantong maka, hasil tangkapan yang diperoleh akan maksimal dan begitu pula  sebaliknya”.
DAFTAR PUSTAKA

Dunia Perikanan, 2011. http://duniaperikanan.wordpress.com/2011/04/03/alat-tangkap-purse-seine/. Diakses pada hari rabu tanggal 11 januari 2012 pukul 14.39.
Fiqrin, 2010.  http://fiqrin.wordpress.com/artikel-tentang-ikan/purse-seine/. Diakses pada hari rabu tanggal 11 januari 2012 pukul 14.39.
Frezeries, 2009. http:// frezeries.blogspot.com/2009/11/karakteristik-teknis-alat-tangkap-purse.html. Diakses pada hari rabu tanggal 11 januari 2012 pukul 14.39.